Selasa, 18 Oktober 2011

(Lanjutan) Pemanfatan Sistem Informasi Geografis (SIG) Untuk Pemetaan Imbuhan Airtanah dan Kerentanan Airtanah Di Kawasan Karst

Metode yang digunakan dalam penelitian ialah metode APLIS yang memanfaatkan sistem informasi geografis (SIG) dengan analisis tumpangsusun (overlay). Variabel yang digunakan dalam penelitian altitud (ketinggian), pendiente (kemiringan lereng), litologia (litologi), infiltraction preferencial (zona infiltrasi), dan suelo (tanah).

Peta ketinggian dan kemiringan lereng dihasilkan dari peta rupa bumi Indonesia (RBI) skala 1:25.000 terbitan BAKOSURTANAL. Data litologi diperoleh dari Peta Geologi Lembar Yogyakarta (1995) dan Lembar Surakarta (1992) skala 1:100.000 terbitan Pusat Penelitian dan Pengembangan Geologi serta survei lapangan untuk menghasilkan peta litologi pada skala 1:50.000. Peta zona infiltrasi dihasilkan dari interpretasi citra dengan pendekatan litologi dan pola alur, serta survey lapangan, sedangkan peta tanah dihasilkan dari peta tanah terbitan Pusat Penelitian Tanah dan Agroklimat (PUSLITANAK) Bogor skala:1:50.000 yang diubah dalam klasifikasi FAO.

Litologi wilayah penelitian terdiri dari gamping terkarstifikasi baik, gamping terkarstifikasi sedang dan batuan napal. Batuan gamping terkarstifikasi baik memiliki topografi berbukit dan diterbentuk beberapa dolin dan sinkhole. Batuan gamping terkarstifikasi sedang memiliki topografi yang relatif datar, sedangkan batuan napal memiliki topografi datar.

Zona infiltrasi dibagi menjadi dua, yaitu zona infiltrasi utama dan zona infiltrasi yang lain. Zona infiltrasi utama terletak di kawasan berbatuan gamping yang terkarstifikasi baik. Hidrologi permukaan dan airtanah dihubungkan oleh intensifnya infiltrasi melalui kekar, retakan dan lubang hasil pelarutan seperti sinkhole (luweng). Klasifikasi tanah yang digunakan dalam metode APLIS adalah klasifikasi tanah dari Food and Agriculture Organization (FAO). Tanah pada wilayah penelitian terdiri dari Litosols, Cambisols, Distric Regosols, Calcareous Regosols dan Vertisols.

Ketinggian wilayah penelitian berkisar antara 0 mdpal sampai dengan 600 mdpal. Wilayah terendah terletak di pantai selatan Kecamatan Saptosari, sedangkan wilayah tertinggi terletak di bagian tengah. Kemiringan lereng pada wilayah penelitian berkisar antara 0% sampai dengan 46%. Cekungan Wonosari didominasi dengan kemiringan 0%-8% yang berarti memiliki topografi yang datar, sedangkan perbukitan karst di bagian selatan memiliki kemiringan lereng dominan 8%-16% pada bukit-bukit karst dan 0%-3% pada dolin. Wilayah dengan kemiringan rendah akan memiliki kemampuan infiltrasi yang lebih besar karena air bergerak dengan lambat sehingga semakin banyak air yang dapat meresap menjadi airtanah.

Hasil analisis tumpangsusun menunjukkan bahwa nilai imbuhan airtanah di wilayah penelitian adalah antara 20% sampai dengan 80%. Nilai ini menunjukkan imbuhan airtanah pada wilayah penelitian adalah antara 20%-80% dari total hujan efektif yang terjadi.

(2/2; selesai)

Sabtu, 08 Oktober 2011

DETEKSI GARIS PANTAI DENGAN PENGINDERAAN JAUH

Pantai merupakan lingkungan yang unik dimana atmosfir, litosfer, dan hidrosfer saling kontak. Garis pantai merupakan fitur linear penting diatas permukaan bumi. Informasi mengenai fitur linier ini sangatlah mudah didapatkan dengan metode analisis yang dikembangkan dalam pengolahan citra satelit. Satelit menjadi alat yang sangat memudahkan dalam berbagai kegiatan untuk mendeteksi dinamika garis pantai. Dengan didasarkan pada histogram thresholding, dan band rationing, pendekatan untuk deteksi garis pantai menggunakan salah satu citra LANDSAT sangat memungkinkan.
Dalam artikel ini akan diterangkan penggunaan LANDSAT TM atau ETM dalam mendeteksi garis pantai tersebut.

Karakteristik spektral LANDSAT TM dan ETM, lihat gambar :


Alur pendeteksian dapat dibaca dari flowchart berikut :


















Thresholding mampu memisahkan antara tanah dan air, tetapi dalam beberapa kasus terdapat kekhususan, sehingga penggunaan rasio band 2 per band 4 dan rasio band 2 per band 5 yang masing-masing lebih dari satu, mampu menajamkan pendeteksian dalam beberapa kasus bias tersebut.
Hasil dari thresholding dan rasioning dikalikan sehingga akan menghasilkan citra raster binary yang cukup jelas menampilkan gambar garis pantai.

Untuk alasan-alasan lebih dalam seperti pemilihan penggunaan band, formulasi rasioning, silakan baca langsung dari sumber tulisan :
Coastline change detection using remote sensing oleh 1.A. A. Alesheikh, 2.A. Ghorbanali, 3.N. Nouri
1.Department of GIS Engineering, Khaje Nasir Toosi University of Technology, Tehran, Iran
2.Department of Geomatics Engineering, Khaje Nasir Toosi University of Technology, Tehran, Iran
3.Departmentof Environmental Engineering,Graduate School of the Environment and Energy,
Science and Research Campus, Islamic Azad University, Tehran, Iran