Minggu, 29 Januari 2012

Mengenali Tipe Batuan, sentuhan spasial di geologi dengan Penginderaan Jauh :: Pengantar

 

Tipe batuan secara umum dapat dikelompokkan dengan mengacu pada karakteristik seperti ketahanan terhadap erosi, warna, bentuk penampang parit dan lembah, vegetasi penutupnya, dan beberapa karakter lainnya.

Hal ini cukup berguna apakah penampang itu berdasar pada batuan metamorfis atau sedimen. Apakah permukaannya sandstone atau limestone. Memang cara ini tidak dapat mengenali unit-unit yang ada dipermukaan, tetapi hanya memungkinkan untuk memasukkan dalam kategori-kategori kelompok batuan tertentu.

Geologi Foto (Photogeologic), inilah sains yang menjembatani mengenali obyek-boyek tersebut dengan penginderaan jauh. Unsur interpretasi seperti : rona, tekstur, warna, bentuk, dan beberapa unsur lain, ditambah dengan karakteristik kenampakan erosi, dan posisi stratigrafisnya, digunakan dalam teknik interpretasi ini.

Minggu, 22 Januari 2012

Soil Water Assesment Tool

 

SWAT atau kalau dipanjangkan Soil Water Assesment Tool merupakan penelitian model selama kurang lebih 30 tahun, yang dikembangkan oleh Dr. Jeff Arnold.

SWAT dikembangkan untuk memprediksi dampak praktis manajemen lahan terhadap air, sedimen, lolosan kimia pertanian dalam suatu DAS (Daerah Aliran Sungai) yang komplek dengan berbagai variasi tanah, penggunaan lahan, dan manajemen dalam suatu periode.

Untuk menjangkau tujuan diatas model SWAT didasarkan pada model fisik. Tidak sekedar persamaan regresi antara input dan output, SWAT  juga membutuhkan informasi spesifik seperti cuaca, sifat tanah, topografi, vegetasi, dan manajemen lahan secara praktis, yang terjadi di dalam DAS. Proses-proses fisik dikaitkan dengan pergerakan air, pergerakan sedimen, pertumbuhan tanaman, siklus nutrisi/hara, dan secara langsung digunakan oleh SWAT sebagai input data.

SWAT dapat berjalan dengan menggunakan data yang telah siap yang ada, namun juga dapat diperdalam secara spesifik lebih lanjut.

SWAT secara komputasi merupakan efisiensi dari biaya dan waktu untuk mensimulasikan berbagai strategi manajemen lahan, dalam skala, dan variasi yang besar.

SWAT merupakan model berbasis kesinambungan waktu, namun SWAT tidak diperuntukkan sebagai model simulasi detil.

sumber bacaan : http://twri.tamu.edu/reports/2011/tr406.pdf

Senin, 16 Januari 2012

Estimasi Tingkat Intensitas Penularan Malaria dengan Penginderaan Jauh

Di Pulau Jawa dan Bali, penyakit malariaterjadi peningkatan pada tahun 1997 dari 0,12 per 1000 orang menjadi 0,38 per 1000 orang pada tahun 2000 (Depkes, 2001). Monitoring yang dilakukan terhadap penyalit malaria ini tergolong masih lambat. Hal tersebut dikarenakan pendekatan pengamatannya masih menitikberatkan pada penemuan kasus baru malaria dan belum memanfaatkan kondisi lingkungan, dimana pengamatan yang menitikberatkan pada perubahan kondisi lingkungan dapat memanfaatkan penginderaan jauh yang sifatnya lebih cepat dalam monitoring. Berdasarkan data kondisi lingkungan yang diperoleh dengan dukungan penginderaan jauh tersebut, kemudian diprediksi kondisi malarianya (Beck, et al, 1997).

Jenis penelitian yang dapat dilakukan berkaitan dengan malaria ini merupakan suatu model pendekatan observational cause effect, dimana observasi dilakukan pada fenomena-fenomena kesehatan (faktor risiko dan efek) dalam keadaan apa adanya tanpa manipulasi. Sisi penginderaan jauh yang dapat diterapkan ialah dengan memanfaatkan citra Landsat TM komposit 543 yang juga mengacu pada hasil analisis foto udara pankromatik hitam putih standar serta foto udara format kecil bewarna. Tujuan analisis penginderaan jauh ini ialah untuk observasi dan identifikasi macam dan luas masing-masing klasifikasi penggunaan lahan di daerah kajian.

Berdasarkan hal tersebut, diperoleh 5 variabel prediktor lingkungan yang perlu diperhitungkan kontribusinya untuk estimasi tingkat penularan malaria, yaitu suhu udara, kepadatan nyamuk vektor, kelembaban udara, pekarangan rumah, kebun campuran. Dari kelima variabel prediktor tersebut, 4 diantaranya dapat diperoleh dari penginderaanjauh, yaitu suhu, kelembaban udara, pekarangan rumah, serta kebun campur. Hal ini membuktikan bahwa, penginderaan jauh sangat mendukung monitoring malaria berbasis lingkungan.


referensi: Achmad, Holani dkk. Estimasi Tingkat Intensitas Penularan Malaria Dengan Dukungan Penginderaanjauh (Studi Kasus Di Daerah Endemis Malaria Pegunungan Menoreh Wilayah Perbatasan Provinsi Jawa Tengah dan D.I.Yogykarta)