Senin, 14 November 2011

Penentuan Wilayah Optimal Untuk Hutan Menggunakan Aplikasi Citra Landsat ETM+

Sebagian besar penggunaan lahan yang berfungsi sebagai hutan pada umumnya mengalami penyempitan luasannya. Hal ini dapat disebabkan adanya alih fungsi lahan yang biasanya memanfaatkan lahan yang ada sesuai dengan kebutuhan tanpa memperhatikan kondisi lingkungan. Pengalihfungsian lahan tersebut menjadikan salah satu faktor penyebab adanya penurunan kualitas lingkungan, sehingga perlu diketahui wilayah optimal dan persebaran hutan suatu daerah. UU nomor 41 tahun 1999 menyatakan bahwa luas hutan pada suatu wilayah minimal ialah 30% dari luas wilayah tersebut.

Metode yang dipergunakan dalam penentuan wilayah optimal untuk hutan ialah integrasi metode penginderaan jauh dengan informasi geografis. Metode penginderaan jauh yang dipergunakan ialah transformasi indeks vegetasi dan klasifikasi multidpektral. Teknik tumpangsusun (overlay) pada system informasi geografis dipergunakan untuk menyusun serta menganalisis data hasil interpretasi citra, peta/data sekunder, serta data lapangan.

Metode transformasi indeks vegetasi dan klasifikasi multispectral pada citra Landsat ETM+ digunakan untuk menentukan pembagian kawasan hutan ataupun non-hutan, serta untuk mendapatkan informasi tutupan lahan. Tingkat kerapatan suatu vegetasi digunakan untuk membedakan kawasan hutan dan non-hutan. Transformasi indeks vegetasi yang digunakan ialah NDVI , dimana selisih pantulan inframerah dekat dinormalisasi dengan cara membaginya dengan jumlah dari keduanya. Nilai NDVI ini mendasarkan pada harapan agar indeks yang diperoleh memiliki julat antara -1 dan +1. Klasifikasi multispectral dengan metode Maximum Likelihood dapat memberikan informasi mengenai penutup lahan. Untuk memperoleh informasi arahan dapat digunakan penggabungan antara peta lereng, peta tanah, dan peta hujan.

Peta arahan wilayah optimal untuk hutan disusun berdasarkan arahan penggunaan lahan, status hutan dan kerapatn vegetasi, sehingga akan menghasilkan wilayah potensi hutan sesuai dengan arahan fungsi penggunaan lahan. Penggunaan lahan berupa hutan dan ditambah dengan vegetasi sangat rapat diasumsikan sebagai hutan, sedangkan penggunaanlahan pemukiman dengan vegetasi tidak rapat diasumsikan sebagai pemukiman.

Referensi:

Susilawati, Tikta dan Sigit Heru Murti. 2009. Prosiding Simposium Sains Geoinformasi:Penentuan Wilayah Optimal Untuk Hutan Di Daerah Istimewa Yogyakarta Menggunakan Aplikasi Citra Landsat ETM+ Dan Sistem Informasi Geografis. Yogyakarta: PUSPICS Fakultas Geografi UGM.